Weleh weleh weleh. Belum selesai masalah tentang Prita, kini beredar lagi satu kisah lain yang hampir mirip meski dalam konteksnya memiliki perbedaan yang mendasar. Luna Maya dituduh melakukan pelanggaran terhadap undang-undang ITE. Kedua kisah di atas berawal dari dunia internet. Bila Prita dituduh melakukan pencemaran nama baik terhadap RS OMNI melalui email yang ditulisnya, maka Luna Maya dituduh melakukan “pelecehan” terhadap profesi wartawan infotainment di twitternya.
Weleh weleh weleh. Belum selesai masalah tentang Prita, kini beredar lagi satu kisah lain yang hampir mirip meski dalam konteksnya memiliki perbedaan yang mendasar. Luna Maya dituduh melakukan pelanggaran terhadap undang-undang ITE. Kedua kisah di atas berawal dari dunia internet. Bila Prita dituduh melakukan pencemaran nama baik terhadap RS OMNI melalui email yang ditulisnya, maka Luna Maya dituduh melakukan pelecehan terhadap profesi wartawan infotainment di twitternya.
Kedua kisah itupun bergulir di dunia maya. Orang – orang yang mendukung Prita bergabung di grup jejaring sosial seperti facebook memberikan semangat dan dukungan dengan bentuk nyata berupa penggalangan koin untuk prita. Kisah Prita telah memasuki babak dimana kasusnya mulai mendapatkan titik terang walaupun belum terselesaikan.
Sementara kisah Luna Maya baru dimulai. Akibat tulisan yang dimuat di jejaring twitternya yang – menurut sebagian orang – mendiskreditkan profesi tertentu, ia dilaporkan ke pihak kepolisian. Penggalangan dukungan untuk memboikot Luna pun muncul di situs facebook. Di lain pihak – sebagian lain – melakukan penggalangan dukungan untuk Luna Maya di situs yang sama.
Saya tidak ingin lebih mengomentari kedua kisah itu. Takut kena juga sama undang-undang ITE (he he he ). Namun, yang menarik perhatian adalah kedua kisah di atas menunjukkan bukti betapa penting dan bermaknanya media dan situs jejaring sosial pada khususnya. Sebagai contoh lain, adalah kisah yang mulai tenang, kisah Bibit – Chandra , dua orang petinggi KPK yang harus ditahan namun setidaknya untuk sementara Mahkamah Agung mengeluarkan surat penghentian ( berhubung masih adanya proses hukum terhadap putusan tersebut) dan keduanya kembali berkantor di KPK. Pada waktu itu, di jejaring Facebook , orang-orang yang mendukung keduanya bergabung dengan grup 1.000.000 orang mendukung Bibit – Chandra. Dari sisi lain, grup yang juga dibuat adalah 1.000.000.000 orang mendukung kepolisian.
Masih banyak kisah-kisah lain pencarian dukungan di media terutama jejaring sosial. Ada yang misinya tercapai , ada pula yang berakhir karena kurang dukungan. Kisah Luna Maya baru dimulai, entahlah berakhir seperti apa. Bagi yang ingin mendukung Luna Maya silakan bergabung di sini , bila ingin memboikot silakan gabung di sini.
Untuk waktu yang belum ditentukan sampai kapan, saya menjadi kelompok yang ketiga, tidak memilih alias abstain. Alasan pertama karena tidak mengerti masalah seutuhnya. Yang kedua, masalahnya saya tidak mengerti seutuhnya. Tapi saya setuju dengan pendapat Arswendo A. di sebuah perbincangan yang mengajak kedua pihak menempuh jalan damai. Apalagi kedua pihak saling membutuhkan.
Kedua kisah itupun bergulir di dunia maya. Orang – orang yang mendukung Prita bergabung di grup jejaring sosial seperti facebook memberikan semangat dan dukungan dengan bentuk nyata berupa penggalangan koin untuk prita. Kisah Prita telah memasuki babak dimana kasusnya mulai mendapatkan titik terang walaupun belum terselesaikan.
Sementara kisah Luna Maya baru dimulai. Akibat tulisan yang dimuat di jejaring twitternya yang – menurut sebagian orang – mendiskreditkan profesi tertentu, ia dilaporkan ke pihak kepolisian. Penggalangan dukungan untuk memboikot Luna pun muncul di situs facebook. Di lain pihak – sebagian lain – melakukan penggalangan dukungan untuk Luna Maya di situs yang sama.
Saya tidak ingin lebih mengomentari kedua kisah itu. Takut kena juga sama undang-undang ITE (he he he ). Namun, yang menarik perhatian adalah kedua kisah di atas menunjukkan bukti betapa penting dan bermaknanya media dan situs jejaring sosial pada khususnya. Sebagai contoh lain, adalah kisah yang mulai tenang, kisah Bibit – Chandra , dua orang petinggi KPK yang harus ditahan namun setidaknya untuk sementara Mahkamah Agung mengeluarkan surat penghentian ( berhubung masih adanya proses hukum terhadap putusan tersebut) dan keduanya kembali berkantor di KPK. Pada waktu itu, di jejaring Facebook , orang-orang yang mendukung keduanya bergabung dengan grup 1.000.000 orang mendukung Bibit – Chandra. Dari sisi lain, grup yang juga dibuat adalah 1.000.000.000 orang mendukung kepolisian.
Masih banyak kisah-kisah lain pencarian dukungan di media terutama jejaring sosial. Ada yang misinya tercapai , ada pula yang berakhir karena kurang dukungan. Kisah Luna Maya baru dimulai, entahlah berakhir seperti apa. Bagi yang ingin mendukung Luna Maya silakan bergabung di sini , bila ingin memboikot silakan gabung di sini.
Untuk waktu yang belum ditentukan sampai kapan, saya menjadi kelompok yang ketiga, tidak memilih alias abstain. Alasan pertama karena tidak mengerti masalah seutuhnya. Yang kedua, masalahnya saya tidak mengerti seutuhnya. Tapi saya setuju dengan pendapat Arswendo A. di sebuah perbincangan yang mengajak kedua pihak menempuh jalan damai. Apalagi kedua pihak saling membutuhkan.
No comments:
Post a Comment