Thursday, February 26, 2009

Review : Kisah 47 Ronin


Novel yang diterjemahkan dari judul aslinya “The 47 Ronin Story” ditulis oleh John Allyn menggambarkan tentang kehidupan di jaman samurai. Ronin adalah samurai yang tidak bertuan lagi.
Di salah satu halaman ada pepatah Jepang yang bunyinya :

Among flowers, the cherry blossom; Among men, the samurai

Di antara bunga-bunga, ada bunga ceri ;
Di antara manusia, ada samurai



Novel ini berlatar belakang tahun 1701 di Jepang, masa kekaisaran dengan shogun sebagai kepala pemerintahan yang membawahi para bangsawan atau daimyo.

Pada masa itu, istana Shogun yang berada di Edo (sekarang Tokyo), marak dengan pameran keme-wahan, korupsi, serta pesta-pora di kota tua Kyoto. Sama sekali jauh dari aturan sosial. Kesenian makin berkembang; teater populer mulai lahir. Dengan makin berkuasanya klas pedagang, masa itu juga merupakan awal dari berakhirnya pengaruh prajurit bayaran, atau samurai. Hilangnya pengaruh ini sa-ngat mereka rasakan, terutama karena para samurai sangat membenci segala bentuk usaha yang ber-tujuan mencari keuntungan.

Di tengah perubahan yang membingungkan itu, kekacauan sering muncul. Kekacauan utama terjadi akibat petani dikenakan pajak di luar batas kemam-puan mereka oleh Shogun, penguasa di seluruh Jepang. Samurai jarang sekali menimbulkan kekerasan, suatu sikap yang merupakan bentuk penghor-matan atas tingginya latihan serta disiplin mereka.

Namun bahkan seorang samurai pun memiliki batas kesabaran. Khususnya bagi seorang daimyo muda yang terpaksa harus berurusan dengan tradisi istana yang sama sekali tak bermanfaat.
Peristiwanya terjadi di Edo tahun 1701. Dalam keadaan marah dan kecewa, Lord Asano dari Ako menyerang seorang pejabat istana bernama Kira yang korup sehingga ia harus menjalani hukuman berupa seppuku – mati dengan cara bunuh diri -. Kematian ini memicu serangkaian peristiwa yang berakhir dengan balas dendam paling berdarah dalam sejarah kekaisaran Jepang.
Novel ini mengisahkan perjuangan para samurai yang pernah menjadi bawahan Lord Asano mengembalikan kehormatan keluarga dengan membunuh Kira. Banyak ajaran-ajaran Kong Hu Chu yang menjiwai para samurai ditulis dalam novel ini. Kesetiaan terhadap pimpinan dan leluhur sangat kental diterjemahkan dalam untaian kata-kata yang menarik untuk dibaca.











[get this widget]

No comments: