Yang menarik adalah sang dukun masih sangat muda, baru 9 tahun. kalau membandingkan dengan seorang dokter, seorang dokter minimalnya sekitar 24 tahun. Sangat jauh berbeda dengan Ponari, hampir 3 kali lipatnya.
Hal kedua, dukun tidak punya pendidikan khusus. Mereka mendapatkan "anugrah" atau berkat atau apalah namanya. Sementara, sang dokter mesti menuntut ilmu lama hanya untuk mendapat predikat dokter. Belum lagi ngurus ini dan itu agar bisa praktek. Di balik itu, meskipun sudah pendidikan tinggi, beberapa dokter mungkin tidak dibekali ilmu lain terutama iman. makanya kadang ada berita "malpraktek" menurut pengamatan orang awam. Dukun, entahlah. belum ngulik terlalu banyak.
Kalau melihat di TV, dokter gak ada apa-apanya dibandingkan dukun. bayangkan aja, yang ngantri ratusan bahkan ribuan orang. Sang dukun cuman mencelupkan tangannya ( mungkin mengepal batu yang katanya sakti) ke dalam wadah berisi air yang disediakan 'pasiennya'. That's it. Meskipun sudah beberapa hari ditutup, tetap saja banyak orang yang menunggu dan mengantri. Lebih parahnya, di berita yang gue lihat kemarin, orng-orang percaya bahwa air selokan yang ada di sekitar rumah sang dukun juga mujarab. Bandingkan dengan seorang dokter, paling banter, sehari melayani 100 orang pasien. itupun untuk dokter-dokter tertentu.
Hal ketika dari kejadian ini, adalah Jombang. Beberapa bulan yang lalu, lokasi ini juga ramai dengan pemberitaan mengenai sang penjagal bernama Rian.
Hmmm. Apakah ini suatu fenomena baru di Indonesia ? Ataukah refleksi ulang dari masa lalu ?
Gak taulah.
[get this widget]
No comments:
Post a Comment