Monday, November 30, 2009

Ujian Nasional Dihapus ?




Beberapa hari yang lalu saya sedikit terkejut menyaksikan siaran berita di TV yang mengungkapkan tentang hasil keputusan MA tentang ujian nasional yang akhirnya dihapus. Entahlah bila masih dilakukan upaya hukum lain yang memungkinkan ujian nasional dilaksanakan. Alasan yang digunakan adalah adanya siswa-siswa yang selama tiga tahun di SMA memiliki prestasi lebih dari teman-temannya namun pada saat hasil ujian nasional dikabarkan ternyata tidak lulus.
Kembali terbayang dalam ingatan saya, saat menghadapi ujian nasional SMA kira-kira 5 tahun yang lalu. Waktu itu masih bernama UAN untuk mata pelajaran matematika, bahasa Indonesia dan bahasa inggris, sementara UAS untuk mata pelajaran selain mata pelajaran yang diujikan di UAN. Selain ujian tulis, beberapa mata pelajaran juga mengisyaratkan ujian praktikum seperti kimia, fisika, dan pendidikan jasmani dan kesehatan (PENJAS/KES ). Setelah hasil diumumkan, seorang teman akhirnya tidak lulus dan memilih untuk mengikuti ujian berikutnya.
Ujian nasional tidak hanya menjadi standar ukuran tingkat pengajaran di suatu sekolah yang menjadi pembanding dengan sekolah-sekolah lain. Terutama, untuk melihat tingkat pendidikan secara nasional karena soal yang diujikan sama. Meski, beberapa tahun yang lalu kenyataan bahwa banyak soal yang bocor sebelum diujikan tidak dapat dipungkiri. Ditambah dengan kecurangan-kecurangan lain yang terjadi selama ujian seperti menyontek antar teman, atau adanya pihak-pihak lain yang membantu memberikan jawaban.
Maka bagi yang tidak lulus ujian nasional, adalah mereka yang tidak siap untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Entah dari sisi keilmuan maupun dari segi mentalitas. Tentu saja, seseorang tidak dapat melanjutkan apabila nilai yang didapatkannya lebih rendah dari standar yang disyaratkan. Dari segi mental, ujian nasional merupakan ujian mental bagi siswa-siswi yang ikut karena mereka akan memasuki suatu dunia yang lebih “keras”dibandingkan dunia SMA.
Seandainya saya masih menjadi siswa SMA kelas III, saya menolak penghapusan ujian tersebut. Karena hanya melalui ujian nasional dapat dilihat sejauh mana kesenjangan antara siswa-siswa yang sekolah di kota dengan siswa-siswa yang sekolah di sekolah seperti daerah saya. Meskipun dengan berbagai keterbatasan baik sarana maupun prasarana, tapi bukankah sesuatu yang membanggakan bila sebagai anak daerah kita bisa menunjukkan bahwa dalam keterbatasan itu, kita bisa mensejajarkan diri dengan yang mendapatkan fasilitas yang lebih baik.
Memang banyak yang harus diperbaiki. Bagaimana distribusi guru ke daerah, keseimbangan pembangunan sarana prasarana di seluruh daerah, persiapan untuk menghadapi ujian nasional, dan sistem kurikulum yang ada di sekolah dan lain sebagainya. Tapi semua itu bukanlah alasan untuk menghapus ujian nasional. Tentu mengherankan bila seseorang yang di sekolah terkenal pintar namun di ujian nasional tidak lulus. Banyak hal yang membuat seseorang tidak lulus yang berhubungan dengan masalah teknis yang penting untuk segera diperbaiki. Menjadikan ujian nasional adalah momok yang menakutkan adalah sesuatu yang salah. Ujian nasional sebaiknya dijadikan sebuah rintangan yang wajib dilalui bila ingin memasuki level yang lebih tinggi.





No comments: