Seperti hari-hari kemarin, bila tidak ada kegiatan yang menyibukkan di rumah sakit sebagai koass, dan ada kesempatan, maka hari ini saya menyempatkan diri ke perpustakaan fakultas. Letaknya di lantai 3 salah satu bangunan fakultas kedokteran tanpa lift sehingga harus menapaki selangkah demi selangkah hingga akhirnya sampai di perpustakaan.
Hari ini, keadaan tidak terlalu ramai, seperti halnya bila menjelang ujian, hingga kadang-kadang saya berpikir tempat itu bukan lagi perpustakaan karena hingar bingar diskusi teman-teman yang bersiap-siap untuk ujian. Dengan suhu udara yang sejuk, lumayan membuat betah.
Di pojok depan, beberapa orang mahasiswa sedang membaca-baca buku kedokteran. Mungkin sedang mencari bahan untuk tugas-tugas yang menumpuk. Sementara di baris-baris berikutnya beberapa teman angkatan di bawah saya sedang menikmati permainan game online. Sepertinya untuk membantu menghabiskan waktu sambil menunggu kuliah berikutnya dan sekaligus intermezzo di tengah-tengah kesibukan kuliah.
Di pojok lain, beberapa meter dari tempat saya mengambil tempat, dua orang mahasiswa , dari tampilan yang menggunakan jas praktikum , adalah mahasiswa angkatan di bawah saya, yang tanpa sengaja saya dengar sedang berlatih CSL, clinical skill lab. Mendengar cara latihan anamnesis – seorang menjadi pasien dan seorang lagi menjadi dokter- maka saya simpulkan mereka sedang berlatih tentang teknik anamnesis untuk pasien penyakit mata.
Mendengar para junior berlatih, mengingatkan pada keadaan 2 – 3 tahun yang lalu saat menjadi seperti mereka. Belajar dan berlatih. Meskipun pada saat itu, pandangan tentang pasien masih buram atau kabur secara khusus tentang cara menganamnesis pasien. Tapi setelah memasuki dunia klinik sebagai koas, hal-hal yang dulu masih belum saya pahami mulai jelas. Meski masih banyak yang perlu dipelajari.
Inti dari tulisan ini adalah bahwa, pada awalnya sebagai mahasiswa pre klinik kita tidak mengerti mengapa kita bertanya ini dan itu, mengapa penting untuk menggali lebih jauh suatu gejala hingga kadang terasa merepotkan pasien karena harus berpikir lebih lama untuk mengingat kembali proses perjalanan penyakitnya. Tapi, keadaan akan menjadi lebih baik, tidak akan ada ilmu yang tidak bermanfaat saat memasuki dunia klinik apalagi bila meninggalkan embel-embel muda di belakang kata dokter dan menjadi seutuhnya dokter dokter.
Sementara saya, duduk sambil menulis artikel ini sebagai bahan untuk memperbaharui blog saya di sini dan di premature doctor, membuka situs facebook dan email, dan bermain game. Hwa hwa hwa
Hari ini, keadaan tidak terlalu ramai, seperti halnya bila menjelang ujian, hingga kadang-kadang saya berpikir tempat itu bukan lagi perpustakaan karena hingar bingar diskusi teman-teman yang bersiap-siap untuk ujian. Dengan suhu udara yang sejuk, lumayan membuat betah.
Di pojok depan, beberapa orang mahasiswa sedang membaca-baca buku kedokteran. Mungkin sedang mencari bahan untuk tugas-tugas yang menumpuk. Sementara di baris-baris berikutnya beberapa teman angkatan di bawah saya sedang menikmati permainan game online. Sepertinya untuk membantu menghabiskan waktu sambil menunggu kuliah berikutnya dan sekaligus intermezzo di tengah-tengah kesibukan kuliah.
Di pojok lain, beberapa meter dari tempat saya mengambil tempat, dua orang mahasiswa , dari tampilan yang menggunakan jas praktikum , adalah mahasiswa angkatan di bawah saya, yang tanpa sengaja saya dengar sedang berlatih CSL, clinical skill lab. Mendengar cara latihan anamnesis – seorang menjadi pasien dan seorang lagi menjadi dokter- maka saya simpulkan mereka sedang berlatih tentang teknik anamnesis untuk pasien penyakit mata.
Mendengar para junior berlatih, mengingatkan pada keadaan 2 – 3 tahun yang lalu saat menjadi seperti mereka. Belajar dan berlatih. Meskipun pada saat itu, pandangan tentang pasien masih buram atau kabur secara khusus tentang cara menganamnesis pasien. Tapi setelah memasuki dunia klinik sebagai koas, hal-hal yang dulu masih belum saya pahami mulai jelas. Meski masih banyak yang perlu dipelajari.
Inti dari tulisan ini adalah bahwa, pada awalnya sebagai mahasiswa pre klinik kita tidak mengerti mengapa kita bertanya ini dan itu, mengapa penting untuk menggali lebih jauh suatu gejala hingga kadang terasa merepotkan pasien karena harus berpikir lebih lama untuk mengingat kembali proses perjalanan penyakitnya. Tapi, keadaan akan menjadi lebih baik, tidak akan ada ilmu yang tidak bermanfaat saat memasuki dunia klinik apalagi bila meninggalkan embel-embel muda di belakang kata dokter dan menjadi seutuhnya dokter dokter.
Sementara saya, duduk sambil menulis artikel ini sebagai bahan untuk memperbaharui blog saya di sini dan di premature doctor, membuka situs facebook dan email, dan bermain game. Hwa hwa hwa
No comments:
Post a Comment