Hari masih remang-remang, mungkin masih jam 6 am saat seorang perawat pria datang ke poli untuk memberitahu bahwa ada pasien konsul di bangsal. Kami yang bertugas jaga pagi tentu saja tidak mengharapkan adanya keluhan-keluhan ataupun pasien baru di masa-masa injury time pergantian jaga.
Flash back keadaan semalam, semua terkendali. hanya ada satu panggilan di bangsal yang jauhnya sekitar 100-150 m dari poli tempat kami stand by untuk jaga. Dokter residennya sendiri bertugas jaga dengan sistem on call. Jadi boleh dikatakan koass adalah ujung tombak tiap kali ada pasien baru ataupun keluhan2. Kalaupun keluhannya ringan, koass dapat mengambil kendali seperti misalnya pasien demam, yang jaga tak perlu menelpon dokter malam-malam hanya untuk menanyakan tindakan untuk pasien. Paling-paling keluarga pasien diminta untuk mengompres pasien atau kalau udah tinggian dikit bisa resepkan PCT.
Seperti tadi malam, pasien adalah penderita dengan riwayat gigitan anjing yang suspek rabies. Pasiennya da mulai mengacau, takut air , dan gejala2 lain yang menunjang rabies. Keluarganya pengen minta penjelasan mengenai keadaan pasien, padahal waktu jaga siang, dokter sudah datang dan menjelaskan baik-baik keadaan pasiennya. Akhirnya, di tengah malam yang sepi kamipun menengok keadaan pasien, memberi sedikit semangat dan bukan harapan kosong ( itu yang selalu seorang residen ingatkan kepada kami, 'jangan pernah memberi harapan kosong kepada pasien, lebih baik jelaskan keadaan pasien dengan jelas biar pasien bisa menerima keadaannya.
kembali ke keadaan pagi ini, kami berjalan ke bangsal yang sama dengan bangsal pasien yang kami kunjungi semalam. Ternyata, itu hanyalah alasan perawat yang bertugas jaga di sana untuk memastikan kami datang dan mendengarkan kata2 yang seperti merendahkan kami. Seorang teman jagaku, sudah tak dapat mengontrol emosi. Maklumlah dia lebih senior,sementara perawat yang mendamprat kami mungkin baru setahun diangkat. Bukannya mau membeda-bedakan antara perawat, koass dan residen, malahan seharusnya di antara sesama paramedis saling akrab dan membantu. Malah perawat itu ngerocos karena menganggap bahwa kami tidak mengunjungi keluarga pasien yang semalam.
Entah berapa lama, emosiku bergejolak meski masih dapat tertahankan. Teman jaga menjelaskan bahwa memang perawat bangsal di lantai itu memang rese. Ya apa boleh buat terima aja dulu.
Kejadian seperti ini sangat sering terdengar, seperti ada gap antara satu profesi dengan profesi lain meski sama-sama bekerja di bidang kesehatan. Tidak dapat dipungkiri, kadang ada pula dokter yang terlalu keras terhadap perawatnya. Seharusnya, hubungan antara perawat, dokter, koass dan apapun itu profesinya berjalan dengan baik. Dapat saling membantu.
Mudah2an paramedis lainnya, mau perawat, mau dokter, atau apapun dapat memperbaiki hubungan demi kenyamanan bekerja.
No comments:
Post a Comment